Ada yang berbeda pada peringatan Hari Santri Nasional (22/10/2017) kemarin.
Peringatan Hari Santri Nasional kemarin terasa lebih meriah. Bukan karena
perayaan kirabnya atau bahkan lagu-lagu baru yang ikut memeriahkan perayaan,
namun sebuah jargon baru yang belakangan dikenal khalayak ramai sebagai sebutan
baru untuk santri kekinian. Jargon itu adalah “Santri Zaman Now”. Saat
Hari Santri Nasional 2017 diperingati, dengan cepatnya jargon itu viral dan
menyebar ke berbagai akun media sosial.
Santri Zaman Now atau Kids Zaman Now?
Sebenarnya, jika ditilik lebih dalam, jargon itu bukan sesuatu yang asing,
karena sebelum istilah itu muncul ada jargon yang lebih terkenal yakni “Kids
Zaman Now”. Sebuah sebutan untuk generasi muda kekinian yang tidak
mencerminkan kepribadian generasi muda Indonesia yang penuh moral dan etika.
Meski terdapat kesamaan, dua jargon itu sepenuhnya memiliki makna dan penggunaan
yang berbeda. “Kids Zaman Now” lebih sering digunakan untuk
melecehkan, mengungkapkan kekecewaan atas hal-hal negatif yang terjadi akan
generasi muda Indonesia belakangan ini yang seringkali melakukan hal-hal yang
sangat tidak wajar jika dilakukan oleh orang-orang seumuran mereka. Sedangkan
“Santri Zaman Now” adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
keadaan santri kekinian yang memiliki sarana dan prasarana yang tak kalah
dengan lembaga-lembaga lain. Atau di lain kasus, jargon ini juga sering
digunakan untuk menggambarkan keunikan santri saat ini. Jargon “Santri Zaman Now”
lebih sering digunakan untuk membedakan dirinya dengan “Santri Zaman Old”
dalam berbagai hal mulai dari sarana dan prasarana, keunikan, hingga prestasi.
Santri Zaman Now dan Penurunan Kualitas
Namun, meskipun begitu, penggunaan jargon “Santri Zaman Now” dewasa
ini mulai bergeser kepada penggunaan yang sama dengan jargon “Kids Zaman
Now”: lebih sering digunakan untuk mengungkapkan kekecewaan atas hal-hal
negatif yang terjadi akan generasi santri dewasa ini yang menurun baik dari
segi kualitas maupun moralnya.
Hal itu terbukti dengan banyaknya kekecewaan dari berbagai pihak akan
generasi santri kekinian yang berbeda baik dari segi moral maupun kualitas
dengan “Santri Zaman Old”. Fasilitas dan sistem modern yang diberikan
pesantren untuk kemudahan santri malah membuat santri terlena dan lupa akan
niat awal yang ia bawa dari rumah.
Semua opini itu bisa kita lihat melalui berbagai fakta yang terjadi dewasa
ini, mulai dari semangat belajar “Santri Zaman Now” yang mengendur,
kurangnya rasa patuh dan takzim pada guru, hingga berubahnya niat awal menuntut
ilmu.
Menjadi Santri Zaman Now Sebenarnya
Sudah kita ketahui
bersama bahwa menjadi santri adalah anugerah yang luar biasa dari Allah Swt.
Karena hanya orang-orang yang memahami ilmu agamalah yang diharapkan kebaikan
oleh-Nya. Tidak semua orang bisa ditakdirkan menjadi santri, kasusnya seringkali
kita dengar. Ada kalanya ia ingin tapi orangtuanya tidak mengizinkan, ada
kalanya orangtuanya ingin tapi ia tidak mau, atau ada kalanya keduanya
sama-sama ingin tapi Allah tidak menghendaki.
Maka anugerah itu
sudah sepatutnya kita syukuri dengan membuktikan kepada khalayak bahwa “Santri
Zaman Now” tidak kalah dengan “Santri Zaman Old”. Fasilitas yang
diberikan kepada kita seharusnya menjadi sebuah jalan kemudahan untuk mencari
ilmu. Saatnya kita mengembalikan makna “Santri Zaman Now” yang sebenarnya
bahwa santri kekinian adalah santri yang tak ketinggalan zaman dan tak
mengecewakan. []
0 Komentar